Kontroversi Drama Snowdrop yang Dibintangi Jisoo Blackpink Makin Menguat, Begini Tanggapan JTBC

21 Desember 2021, 21:49 WIB
Kontroversi Drama Snowdrop yang Dibintangi Jisoo Blackpink Makin Menguat, Begini Tanggapan JTBC /Instagram.com/ @jtbcdrama

PORTALMAKUKU.COM -- Kontroversi drama Korea "Snowdrop" kian memanas. Episode "Snowdrop" perdana yang tayang pada 18-19 Desember 2021 kemarin, menuai banyak kritik pedas, bahkan muncul petisi yang meminta agar penayangan drama tersebut dihentikan.

Petisi yang dilayangkan ke Blue House untuk menyetop penayangan drama yang dibintangi Jisoo Blackpink dan Jung Hae-In itu telah ditandatangani lebih dari 300.000 orang per Selasa hari ini.

Kritik keras yang dilayangkan pada "Snowdrop" membuat sejumlah perusahaan menarik kesepakatan sponsor dan iklan, termasuk merek teh lokal Teazen dan merek fesyen Ganisong.

Di tengah kontroversi yang kian menguat, perusahaan penyiaran JTBC Korea Selatan pun langsung mengeluarkan pernyataan resmi.

Baca Juga: PECAH! Kemarahan Pria Berseragam TNI ke Habib Bahar Usai Menyindir KSAD TNI Dudung: Paling Kamu Nangis

JTBC membantah tudingan pembelokan sejarah gerakan pro-demokrasi Korea Selatan yang terjadi pada tahun 1987 dalam drama “Snowdrop”--seperti yang disangkakan.

“Setelah penayangan ‘Snowdrop’, kontroversi berdasarkan informasi palsu tidak kunjung mereda, jadi kami merilis pernyataan,” kata JTBC dikutip Soompi, dari Antara, Selasa.

Menurut JTBC, “Snowdrop” merupakan karya kreatif yang menampilkan kisah individu-individu yang dimanfaatkan dan dikorbankan oleh penguasa pada masa rezim militer.

“Tidak ada mata-mata yang memimpin gerakan demokratisasi di ‘Snowdrop’. Pemeran utama laki-laki dan perempuan tidak ditampilkan berpartisipasi atau memimpin gerakan demokratisasi di episode 1 dan 2, dan mereka tidak melakukannya di bagian mana pun dari naskah mendatang,” kata JTBC.

Seperti diketahui, “Snowdrop” bercerita tentang seorang mahasiswi Korea Selatan bernama Young-ro (diperankan oleh Jisoo) yang menyelamatkan Im Soo-ho (Jung Hae-in) dalam kondisi berlumuran darah di asramanya.

Young-ro mengira bahwa Soo-ho merupakan aktivis pro-demokrasi yang dikejar-kejar oleh intelijen. Keduanya juga digambarkan terlibat dalam hubungan romantis.

Isi petisi sebuat yang beredar pada Sabtu kemarinl, memuat penilaian bahwa cerita dalam “Snowdrop” dianggap dapat memperkuat narasi pemerintah otoriter di masa lalu bahwa aktivis mahasiswa pro-demokrasi terkait dengan Korea Utara.

Padahal, masih menurut petisi itu, banyak aktivis yang disiksa dan dituntut atas tuduhan palsu sebagai mata-mata Korea Utara.

Baca Juga: Jangan Pernah Melakukannya! Ini Risiko Pesugihan Sate Burung Gagak: Telanjang untuk Meraup Keuntungan

“Memang benar ada banyak aktivis yang disiksa dan dibunuh setelah dituduh sebagai mata-mata. Drama ini berani menggambarkan fakta dan jelas merusak nilai gerakan pro-demokrasi,” bunyi petisi itu.

Gong Hee-jung, seorang kritikus budaya Korea Selatan, berpandangan “Snowdrop” seharusnya mengambil pendekatan yang lebih bijaksana dalam mengadaptasi kisah nyata menjadi sebuah drama, terutama mengenai sejarah modern Korea Selatan yang sensitif.

“Serial ini membahas masalah kontroversial yang beberapa orang anggap sebagai distorsi sejarah dan yang lainnya tidak. Pembuat serial televisi yang akan datang harus mengingat hal itu,” kata Gong Hee-jung dikutip Yonhap, Selasa. ***

Editor: Irwan Tehuayo

Tags

Terkini

Terpopuler