Mengenal Tradisi Pukul Sapu di Maluku, Berdarah Tapi Tetap Saudara

- 19 Mei 2021, 14:08 WIB
Tradisi Pukul Sapu di Desa Mamala dan Desa Morella setiap 7 Syawal.
Tradisi Pukul Sapu di Desa Mamala dan Desa Morella setiap 7 Syawal. /Yusuf Samanery

PORTALMALUKU.COM -- Pukul Manyapu atau Baku Pukul Manyapu merupakan tradisi unik pertunjukan saling pukul menggunakan sapu ijuk yang diadakan untuk merayakan Idul Fitri.

Tradisi ini digelar oleh masyarakat Desa Mamala dan Desa Morela, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah, setiap 7 Syawal dalam penanggalan Hijriyah. Sayangnya, dalam dua tahun, tradisi ini digelar tertutup akibat pandemi Covid-19.

Tradisi Pukul Manyapu sudah ada sejak abad ke-17. Seorang tokoh agama Islam Maluku bernama Imam Tuni menciptakan atraksi ini sebagai perayaan keberhasilan pembangunan masjid di negeri Mamala.

Baca Juga: Tradisi Adat Pukul Sapu di Desa Mamala dan Morella Digelar Tertutup, Personil Polisi Dikerahkan

Asal muasal tradisi ini juga dikaitkan dengan sejarah perjuangan Kapitan Telukabessy beserta pasukannya pada Perang Kapahaha melawan VOC Belanda pada 1636 hingga 1646.

Kapahaha merupakan benteng alami berupa bukit batu terjal yang terdapat di hutan Negeri Morela. Kapahaha menjadi benteng terakhir yang jatuh ke tangan Belanda di Pulau Ambon.

Perang berakhir ketika Belanda berhasil mengalahkan pasukan Kapitan Telukabessy dan menguasai benteng.

Pejuang yang tertangkap dalam penyerbuan itu dijadikan tawanan di Teluk Sawatelu. Kapitan Telukabessy berhasil lolos, tapi ia diberi pilihan menyerahkan diri atau para tawanan dibunuh.

Pada 19 Agustus 1946, Telukabessy menyerahkan diri. Ia dihukum gantung di Benteng Victoria Ambon pada 13 September 1946.

Halaman:

Editor: Yusuf Samanery

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x