PORTALMALUKU.COM -- Berikut lima puisi dari penyair ternama Indonesia, Chairil Anwar, yang sangat direkomendasikan untuk dibaca dalam mengisi momentum perayaan Hari Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia, Selasa, 17 Agustus 2021.
Untuk menyambut hari kemerdekaan, berbagai masyarakat Indonesia akan menunjukan banyak cara untuk merayakan ulang tahun negara tercinta. Hal tersebut tentu saja sebagai wujud mencintai Tanah Air.
Salah satu bentuk merayakan kemerdekaan, bisa dilakukan dengan membacakan puisi-puisi tentang perjuangan, karena dengan membaca puisi tentang perjuangan kemerdekaan, rasa dan jiwa nasionalisme bisa meningkat.
Baca Juga: HUT KE-76 RI: Ini 20 Ucapan Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2021
Berbicara tentang puisi, tentu nama Chairil Anwar tidak terlepas dari sebuah karya sastra penuh rasa itu. Jadi, berikut 5 puisi tema kemerdekaan Indonesia dari penyair ternama Chairil Anwar.
1. Karawang Bekasi
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
1948
2. Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu-sedan itu
Aku ini binatang jalan
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Pembangoenan,
No. 1, Th. I
10 Desember 1945
3. Ponegoro
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai.
Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.
Februari 1943
Baca Juga: 8 Cara Menulis Puisi yang Baik bagi Pemula dari Helvy Tiana Rosa
4. Persetujuan dengan Bung Karno
Ayo!
Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu dipanggang di atas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tanggal 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno!
Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh
1948
5. Prajurit Jaga Malam
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
Itulah, 5 puisi karya penyair ternama tanah air Chairil Anwar, yang bisa dibacakan pada saat kemerdekan Indonesia ke-76. ***