Kapal Tampomas II Rute Jakarta-Makassar Karam di Laut Jawa, Tewaskan 431 Orang pada 27 Januari 1981

27 Januari 2022, 07:17 WIB
Ilustrasi: Kapal Tampomas II rute Jakarta-Makassar terbakar dan tenggelam di Kepulauan Masalembo, menewaskan 431 orang pada 27 Januari 1981. /George Desipris

PORTALMALUKU.COM - Kapal Tampomas II rute Jakarta-Makassar terbakar dan tenggelam di sekitar Kepulauan Masalembo di Laut Jawa.

Kapal Tampomas II atau KMP Tampomas merupakan kapal penumpang milik Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni).

Kapal yang dinakhodai oleh Kapten Abdul Rivai kelahiran Bengkulu 23 Agustus 1936 ini, diketahui sedang menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Sulawesi.

Namun, KMP Tampomas II harus mengalami musibah yang memilukan sehingga menyebabkan ratusan penumpang kapal tewas.

Baca Juga: Terjadi Ledakan Gudang Senjata Militer di Nigeria, 1.000 Orang Tewas pada 27 Januari 2002

Disebut-sebut jumlah korban tewas mencapai 431 orang tewas (143 mayat ditemukan dan 288 orang hilang bersama kapal), sementara 753 orang berhasil diselamatkan.

Peristiwa naas ini terjadi pada tanggal 27 Januari 1981 lalu, atau tepat hari ini, 27 Januari 2022 berusia 23 tahun.

KMP Tampomas II bertolak pada Sabtu, 24 Januari 1981 Pukul 19.00 WIB, perjalanan seyogianya memakan waktu 2 hari 2 malam di tengah laut. Diperkirakan hari Senin, 26 Januari 1981 Pukul 10.00 WIB akan segera tiba.

Namun, seorang pemandu kapal menyebutkan bahwa salah satu mesin kapal telah mengalami kerusakan sebelum bertolak.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 27 Januari 2022: Ambil Peluang Ini Selagi Masih Ada Waktu Leo

Kapal Tampomas II ini membawa Puluhan Kendaraan Bermotor termasuk Mesin Giling SAKAI, Skuter Vespa, dll yang diletakkan di Cardeck. Berdasarkan Data Manifest Kapal menyebutkan, terdapat 191 Mobil dan 200 Motor di atas kapal.

Dalam Pelayaran tersebut, sebanyak 1055 Penumpang Terdaftar dan 82 Awak Kapal berada di atas kapal. Estimasi Total Penumpang adalah 1442 Penumpang, termasuk penumpang gelap.

Pada 25 Januari pagi, keadaan berlangsung seperti biasa. Namun, 25 Januari Malam, sekitar Pukul 20.00 WITA, dalam kondisi badai laut yang hebat, beberapa bagian mesin mengalami kebocoran bahan bakar, dan puntung rokok yang berasal dari ventilasi menyebabkan percikan api.

Para kru melihat dan mencoba memadamkannya menggunakan tabung pemadam portabel, tetapi gagal. Api semakin menjalar ke kompartemen mesin karena pintu dek terbuka.

Baca Juga: Peristiwa 26 Januari 2022: Konflik Ori-Kariu di Maluku, Penampakan Yakjuj Makjuj hingga Misteri Menara Saidah

Akibatnya selama 2 jam tenaga utama mati, dan generator darurat pun gagal (Failure) dan usaha pemadaman pun dihentikan karena sudah tidak memungkinkan.

30 menit setelah api muncul, para penumpang diperintahkan menuju dek atas dan langsung menaiki sekoci. Namun hal ini berlangsung lambat, karena hanya ada 1 pintu menuju dek atas.

Sebagian penumpang nekat terjun bebas ke Laut, dan sebagian lagi menunggu dengan panik pertolongan selanjutnya.

Kapal lain yang pertama melakukan pertolongan adalah KM Sangihe dengan nakhoda kapal Kapten Agus K. Sumirat, Sumirat merupakan teman satu angkatan Abdul Rivai di Akademi Ilmu Pelayaran lulusan tahun 1959.

KM Sangihe sendiri dalam perjalanan dari Pare-pare menuju Surabaya untuk melakukan perbaikan kerusakan mesinnya.

Baca Juga: Konflik 2 Desa di Maluku Tengah, Sejumlah Rumah Terbakar, Kapolda Maluku Minta Warga Tak Terprovokasi

Mualim I KM Sangihe, J. Bilalu yang pertama melihat kepulan asap dari arah barat dan mengira kepulan asap berasal dari sumur minyak lepas pantai Pertamina.

Markonis KM Sangihe Abubakar mengirimkan pesan morse SOS pada pukul 08.15. KM Ilmamui menyusul untuk melakukan pertolongan dan tiba pada pukul 21.00 disusul empat jam kemudian kapal tangker Istana VI dan masih berdatangan kapal lain yaitu kapal Adhiguna Karunia dan KM Sengata milik PT Porodisa Lines.

Pada 27 Januari pagi, terjadi ledakan di ruang mesin dan membuatnya penuh oleh air laut. Ruang Propeller dan Ruang Generator turut pula terisi air laut, yang mengakibatkan Kapal miring 45 derajat.

Akhirnya pada siang hari tanggal 27 Januari 1981 Pukul 12.45 WIB atau Pukul 13.45 WITA (sekitar 30 jam setelah percikan api pertama), KMP Tampomas II tenggelam ke dasar Laut Jawa untuk selamanya, bersama 288 korban tewas di Dek Bawah.

Kapten Abdul Rivai termasuk yang terakhir meninggalkan kapal, sebelumnya ia sempat mengirimkan pesan kepada nakhoda KM Sangihe "Tolong kirimi saya air dan makanan, karena saya akan tetap berada di kapal sampai detik terakhir".

Pesan tersebut disampaikan melalui awak kapal Tampomas II yang berhasil menyeberang ke KM Sangihe yang bernama Bakaila.

Tetapi permintaan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh Agus K. Sumirat nakhoda KM Sangihe.***

Editor: M Fauzi Ode

Tags

Terkini

Terpopuler