Kapan Puasa 2024? Jadwal Kemenag dan PP Muhammadiyah Kemungkinan Beda

- 2 Januari 2024, 12:06 WIB
Ilustrasi Ramadhan.
Ilustrasi Ramadhan. /Pixabay/pinterastudio/

PIKIRAN RAKYAT MALUKU – Tahun 2024 sudah dimulai, sebentar lagi umat muslim di seluruh dunia akan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan 2024. Di Puasa 2024 ini, akan lebih maju dari tahun 2023 lalu.

Tentunya Puasa 2024 sudah sangat ditunggu-tunggu umat muslim. Mengingat puasa adalah salah satu Rukun Islam yang wajib hukumnya untuk dilaksanakan.

Puasa 2024 dinantikan karena umat Islam sudah merindukan beribadah di bulan penuh berkah dan rahmat ini. Selama Ramadhan 1445 Hijriah, umat Islam berlomba-lomba mencari pahala dan ampunan dari Allah SWT.

Baca Juga: Anies Pilih Perbanyak Dialog Selama Kampanye: kalau Baliho Gagasannya Gak Terlihat

Awal Puasa 2024

Berdasarkan jadwal yang disusun Alhabib dan rukyatul hilal global, awal Puasa 2024 akan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 mendatang. Jumlah hari puasa ditentukan berdasarkan sabit yang menandai awal bulan.

Jika bulan tidak nampak di malam hari saat dipantau di hari ke-29, maka bulan puasa akan berlangsung selama 30 hari. Tapi jika bulan tampak saat dipantau di hari ke-29 maka puasa Ramadhan 2024 akan berlangsung selama 29 hari.

Pedoman tersebut sering digunakan oleh pemerintah, terutama Kementerian Agama (Kemenag) dalam menentukan awal bulan Ramadhan. Di tahun 2024 ini, awal bulan Ramadhan 2024 antara penanggalan Kemenag dengan PP Muhammadiyah lagi-lagi mengalami perbedaan.

PP Muhammadiyah menetapkan Puasa 2024 dimulai pada Senin, 11 Maret 2023. Penetapan ini berdasarkan perhitungan Majelis Tarjid dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Kemenag menggunakan metode hisab Imkanur Rukyah 2 derajat untuk menentukan jadwal Puasa 2024. Sedangkan PP Muhammdiyah menggunakan metode hisab Wujudul Hilal untuk menghitung penanggapan Ramadhan 2024.

Penghitungan awal puasa 2024

Dalam metode hisab Imkanur Rukyah memiliki banyak cabang. Ada yang mensyaratkan ketinggian hilal 4 derajat, 6 derajat, bahkan lebih. Tapi Indonesia memilih metode Ikmanur Rukyah dengan hilal 2 derajat di atas ufuk.

Bukan tanpa alasan, angka 2 ini diyakini sebagai syarat visibilitas hilal. Sehingga kemungkinan hilal dapat terlihat saat ketinggiannya mencapai minimal 2 derajat, saat matahari terbenam atau tenggelam.

Sedangkan metode hisab Wujudul Hilal adalah dengan memperhitungkan bulan baru berdasarkan hilal yang terwujud. Metode ini tidak mensyaratkan ketinggian hilal.

Sehingga jika terjadi ijtimak atau konjungsi, lalu matahari tenggelam dan bulan belum tenggelam, berapapun ketinggiannya di akhir kalender bulan, dipastikan esok hari adalah bulan baru.***

Penulis: Nopsi Marga - Pikiran-rakyat.com

Editor: Tim PRMN 06


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah