Mencari Rezeki Tuhan di Dapur Tetangga

- 13 Oktober 2020, 01:58 WIB
Ilustrasi keluarga miskin
Ilustrasi keluarga miskin /TVRI Jakarta

PORTAL-MALUKU.COM -- Een, seorang istri pekerja serabutan itu harus memikul beban hidup keluarganya yang malang. Hidup serba kekurangan membuat Een dan keluarganya terus menggantungkan hidup pada belas kasih para tetangga bertahun-tahun.

Di Desa Curug Luhur, Desa Banjarsari, Pandeglang Banten, Een dan kelurga kecilnya hidup di gubuk reot, sebuah tempat tinggal yang sudah tak layak huni. Dinding penyangga rumah tampak rapuh dan hampir roboh. Atap yang banyak lubang itu membuat rumah kelurga Een kerap basah tiap kali hujan.

Di "istana" terakhir mereka itu, Eean juga merawat sang ayah mertua dan seorang anaknya. Ayah dan anak Een punya kondisi kesehatan buruk. Anaknya mengidap gizi buruk, sedangkan sang mertua lumpuh. Sementara suami Een hanyalah seorang pekerja serabutan yang tak "beruntung".

Baca Juga: Jokowi Yakin Omnibus Law akan Membawa Kesejahteraan kepada Pekerja

Selain mencari rezeki Tuhan di dapur tetangga, Een dan keluarganya punya harapan terakhir: empati pemerintah.

“Bantuan rumah belum pernah ada, ini aja listrik masih nyambung dari rumah tetangga. Bilangnya mau ada listrik gratis, tapi sampai sekarang belum kunjung ada,” kata Een.

Dia mengaku hanya pernah sekali mendapatkan bantuan sembako dari pihak desa, bahkan bantuan selama pandemi Covid-19 hanya dia sekali.

"Jumlah Rp300 ribu rupiah," ucap Een.

Ia hanya berharap pemerintah dapat mengulurkan tangan memperbaiki tempat tinggalnya dan kesehatan ayah mertua dan sang anak.

Halaman:

Editor: Irwan Tehuayo

Sumber: TVRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x