Turki Kecam Karikatur Charile Hebdo, Erdogan: Mereka Ingin Luncurkan Kembali Perang Salib

- 29 Oktober 2020, 10:07 WIB
Karikatur Erdogan oleh Majalah Charlie Hebdo
Karikatur Erdogan oleh Majalah Charlie Hebdo /Twitter Charlie Hebdo

PORTALMALUKU.COM -- HUBUNGAN Turki dan Prancis kian meruncing setelah Erdogan melancarkan pengecamannya hingga seruan boikot produk Parancis. Erdogan menuduh Immanuel Macron melecehkan Islam. 

Majalah mingguan satire Prancis, Charlie Hebdo pun menurunkan sebuah terbitan terbaru berisi penghinaan kepada Recep Tayyib Erdogan. Majalah tersebut membuat cover depan berisi karikatur Erdogan mengenakan kaos putih, celana dalam, sembari memegang minuman kaleng bersama perempuan berhijab.

Melihat itu, Turki geram. Pejabat Ankara langsung mengambil langkah hukum dan diplomatik untuk menanggapi karikatur tersebut. Turki menyebutnya sebagai "tindakan menjijikkan" untuk "menyebarkan rasisme budaya dan kebencian". Kementerian Luar Negeri Turki memanggil d’affaires di kedutaan Prancis atas sampul majalah tersebut.

Baca Juga: MU Bungkam Pemuncak Klasemen Liga Jerman 5-0

Erdogan pun mengecam pererbitan cover Charlie Hebdo yang bernada penghinaan dirinya. "Barat sekali lagi menuju ke periode kebiadaban", katanya menggambarkan kekuatan kolonial sebagai "pembunuh" untuk catatan mereka di Afrika dan Timur Tengah.

“Mereka benar-benar ingin meluncurkan kembali Perang Salib. Sejak Perang Salib, benih kejahatan dan kebencian mulai berjatuhan di tanah (muslim) ini dan saat itulah perdamaian terganggu," katanya.

Direktorat Komunikasi Turki mengatakan jaksa mereka telah melakukan penyelidikan terhadap eksekutif koran Charlie Hebdo. Menurut laporannya, kebijakan itu merupakan upaya perlawanan terhadap sikap kasar, jahat, dan bermuatan penghinaan yang dilancarkan kepada Erdogan.

Baca Juga: Hasil Liga Champions : Barcelona Pecundangi Juventus 2-0

Sebelumnya, Erdogan berkali-kali mengecam Presiden Macron menghina Islam. Konfrontasi kedua negara tersebut berkaitan dengan penerbitan kartun Nabi Muhammad. Erdogan menganggap kartun tersebut adalah bentuk penghujatan dan "menyerang" Islam secara terbuka.

Erdogan memberi pandangannya bahwa sikap Prancis yang menampikan kartun Nabi Muhmmad adalah "masalah kehormatan" bagi Islam. Hal itu diklaim akan memicu kebuntuan yang berkepanjangan.

Seperti diketahui, perselisihan warga Islam dengan Prancis berkobar setelah insiden pembunuhan seorang guru Prancis yang menunjukkan kartun Nabi. Kartun itu diterbitkan dalam surat kabar mingguan satir Prancis Charlie Hebdo. Menampilkan karikatur Nabi tersebut dianggap telah menghujat umat Islam.

Baca Juga: SINOPSIS Film Komedi The Cabin in the Woods yang Haror
 
Ribuan muslim di sejumlah negara Islam terus bergerak memprotes tindakan Prancis. Demonstrasi hingga kini pun berlangsung.

"Prancis telah menghina Nabi kami," teriak pengunjuk rasa di ibu kota Somalia, Mogadishu, seperti dikutip Reuters, Kamis.

Di sisi lain, Pemerintah Prancis telah didukung banyak negara Uni Erpoa, setelah insiden seorang remaja pria asal Chechnya memenggal kepala Samuel Paty, seorang guru, yang telah menunjukkan kartun Nabi kepada para muridnya saat diskusi tentang kebebasan berbicara.

Baca Juga: Mari Bertualang ke Antariksa di Akhir Pekan

Atas insiden tersebut, Macron menyatakan bakal melipatgandakan upaya untuk menghentikan keyakinan Islam konservatif yang  dia pandang telah menumbangkan nilai-nilai Prancis.

Gelombang Protes

Pada Senin lalu, Erdogan mendesak warganya membaikot produk Prancis. Melihat tindakan Erdogan, Kementerian Luar Negeri Prancis pun mengingatkan warganya di Indonesia, Turki, Bangladesh, Irak dan Mauritania, untuk berhati-hati.

Di Kairo, Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi meminta Prancis menghentikan sikap mereka yang telah menyinggung miliaran penduduk muslim.

Guru Besar Universitas al-Azhar Mesir, salah satu tempat pendidikan Muslim Sunni terkemuka di dunia, mendesak komunitas internasional untuk mengkriminalisasi tindakan "anti-muslim".

Baca Juga: Film Animasi Terbaru BASE Entertaiment, Trese, Tayang 2021

Di ibu kota Somalia, Mogadishu, ratusan anak muda berdemonstrasi sambil meneriakkan slogan anti-Prancis. Mereka juga membakar bendera Prancis sebagai bentuk protes. Aksi itu setelah sejumlah ulama di Somalia menyerukan mengutuki Prancis dan memboikot produk mereka.

"Kami akan menggunakan otot kami untuk membela Islam," seorang pria paruh baya, Mohamed Ahmed, ketika ditemui seorang reporter Reuters di tengah massa.

“Kami meminta orang untuk membakar setiap produk Prancis yang mereka temukan.” Puluhan warga Iran berkumpul sebagai protes di depan kedutaan Prancis di Teheran, media pemerintah melaporkan.

Baca Juga: Presiden Barcelona Mengundurkan Diri

Beberapa orang mengangkat plakat dengan tanda salib merah yang ditempel di gambar barang-barang Prancis.

Di Dhaka, ratusan Muslim Bangladesh turun ke jalan ibu kota selama tiga hari berturut-turut, meneriakkan slogan-slogan seperti "Boikot produk Prancis" dan membakar patung Macron, yang mereka gambarkan sebagai musuh Islam.

Pada protes yang jauh lebih besar pada hari Selasa di Dhaka, ribuan demonstran membawa spanduk seperti "Hentikan Islamofobia", "Boikot Prancis" dan "Pengepungan Kedutaan Besar Prancis di Dhaka". ***

Editor: Irwan Tehuayo

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x