Telegram Hapus Ratusan Unggahan Kekerasan di Amerika Serikat

19 Januari 2021, 11:40 WIB
Ilustrasi telegram /Pixabay

PORTALMALUKU.COM — Pendiri Telegram, Pavel Durov, mengatakan layanan obrolannya telah menghapus ratusan seruan publik untuk melakukan kekerasan. 

Hal itu lanjut dia, sesuai dengan persyaratan layanan dalam platform perpesanan tersebut.

Penghapusan itu terjadi akibat di tengah meningkatnya ketegangan politik di Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: P3K 2021 Segera Dibuka, Ini 9 Cara Pendaftaran yang Harus Dilengkapi

Durov menekankan bahwa layanannya berkomitmen untuk melarang seruan yang secara aktif memicu kekerasan.

“Telegram menyambut baik debat dan protes damai, tetapi Persyaratan Layanan kami secara eksplisit melarang penyebaran seruan publik untuk melakukan kekerasan,” ujar Durov.

Menurut Pendiri Telegram itu gerakan sipil di seluruh dunia bergantung pada Telegram untuk membela hak asasi manusia tanpa menimbulkan kerugian.

Baca Juga: UPDATE: RS Polri Terima 310 Kantong Jenazah Korban Sriwijaya Air Hari Ini

Namun, Durov tidak membahas fitur obrolan terenkripsi Telegram, yang melindungi percakapan dari akses luar.

Telegram melawan kekerasan dan terorisme di ruang publik, tetapi menolak tekanan yang meningkat untuk membuat percakapan di platform lebih dapat diakses oleh penegak hukum.

Maraknya kekerasan pro-Trump di Amerika Serikat telah menghidupkan kembali perdebatan di negara itu tentang nilai enkripsi, dan menghidupkan kembali seruan untuk melemahkan perlindungan privasi untuk layanan obrolan terenkripsi.

Baca Juga: Wajib Tabu, 5 Ancaman Kesehatan Sering Makan Kentang Goreng, Ada Risiko Jantung dan Stroke

Durov mengatakan Telegram telah mengalami lonjakan yang sama dalam ancaman kekerasan seperti yang dilaporkan oleh layanan perpesanan lainnya selama sebulan terakhir.

“Pada awal Januari, tim moderasi Telegram mulai menerima peningkatan jumlah laporan tentang aktivitas publik terkait AS di platform kami,” ujar Durov.

“Tim bertindak tegas dengan menekan saluran AS yang menganjurkan kekerasan. Berkat upaya ini, pekan lalu kami memblokir dan menutup ratusan seruan publik untuk kekerasan yang dapat mencapai puluhan ribu pelanggan,” dia menambahkan.

Baca Juga: UPDATE: Pajero Sport Baru Versi Thailand Dipasarkan untuk 90 Negara, Indonesia Juga?

Telegram juga mengalami peningkatan yang signifikan pada pengguna selama periode yang sama, setelah perubahan besar pada kebijakan privasi WhatsApp yang menyebabkan banyak orang meninggalkan layanan tersebut.

Signal juga mendapatkan jutaan pengguna selama migrasi tersebut, yang membebani infrastruktur layanannya sehingga sempat tidak dapat diakses selama lebih dari 24 jam.***

Editor: M Fauzi Ode

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler