10 Karya Fotografer Maluku Akan Jadi Penampil Utama di Biennale Jogja 2021 Bersama Karya Seniman Luar Negeri

- 2 Oktober 2021, 16:03 WIB
Fotografer asal Maluku, Erzal Umamit berfoto dengan latar belakang Gunung Api Banda. Karya fotonya dengan konsep "digital imaging" menjadi penampilan utama di Eksibisi Biennale Jogja XVI 2021 di Museum Nasional Jogja pada 6-14 Oktober 2021.
Fotografer asal Maluku, Erzal Umamit berfoto dengan latar belakang Gunung Api Banda. Karya fotonya dengan konsep "digital imaging" menjadi penampilan utama di Eksibisi Biennale Jogja XVI 2021 di Museum Nasional Jogja pada 6-14 Oktober 2021. /Dokumen Erzal Umamit/ Antara News

PORTALMALUKU.COM -- 10 karya Erzal Umamit, seniman fotografer asal Maluku, akan menjadi penampil utama di acara Eksibisi Biennale Jogja XVI tahun 2021 yang akan digelar di Museum Nasional Jogja pada 6-14 Oktober 2021. Karya Erzal akan ditampilkan bersamaan dengan sederet karya fotografer dan perupa luar negeri.

"Karya foto saya jadi penampilan utama di pameran seni Biennale Jogja 2021 dan akan ditampilkan dengan karya-karya foto dan seni rupa dari Amerika Serikat, Korea dan lainnya juga," kata Erzal Umamit saat dihubungi dari Ambon, Jumat kemarin, dilansir Antara.

Erzal Umamit merupakan seorang fotografer muda Maluku asal Banda Naira yang memfokuskan karyanya pada deretan isu sosial dan lingkungan.

Baca Juga: 11 Tanda Orang yang Didampingi Khodam Waliyullah, Nomor 4 Kamu Banget

Erzal mengaku mengusung konsep digital imaging pada 10 foto karyanya yang akan dipajang di di acara Eksebisi Biennale Jogja XVI. Ukurannya 10x90 meter.

Cerita di Balik Foto Erzal

Erzal mengungkapkan bawhwa foto-fotonya mengisahkan dampak kolonialisme dan kerusakan lingkungan akibat pengelolaan pariwisata di kampung halamannya, Banda Naira.

Selain itu, dia juga akan menggunakan instalasi sederhana berupa patung manekin perempuan ditutupi plastik yang diletakkan di tengah-tengah pajangan foto.

Hal itu bertujuan untuk memperkuat tampilan dan kisah dari karyanya: salah satunya adalah menonjolkan figur perempuan yang berjuang sebagai petani pala untuk menyekolahkan anak-anaknya.

"Karya saya kali ini lebih ke ungkapan keresahan saya dengan apa yang sedang terjadi di kampung saya: monopoli pasar pala, sistem tengkulak, dan harganya yang tidak sesuai dan merugikan masyarakat," ucap dia.

Halaman:

Editor: Irwan Tehuayo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah