Hanya Sehari 50 Pengunjuk Rasa di Myanmar Tewas

27 Maret 2021, 18:33 WIB
Aksi unjuk rasa Myanmar bakar ban di jalanan melawan militer terus berlanjut di Kota Mandalay. /Reuters/Stringer

PORTALMALUKU.COM -- Aksi unjuk rasa menolak kudeta militer di Myanmar terus berlanjut hingga saat ini.

Militer Myanmar merebut kendali pemerintahan Myanmar dari tangan Aung San Su Kyi sejak 1 Februari 2021 lalu.

Kudeta militer tersebut menuai kecaman dari mayarakat Myanmar. Hal itu juga memicu terjadinya demonstrasi besar-besaraan di sejumlah kota.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 5,2 SR Guncang Pulau Samosir dan Danau Toba

Sudah banyak korban masyarakat sipil yang berjatuha. Sebelumnya, sebanyak 16 demonstran di Mynamar tewas dalam aksi yang bertepatan dengan hari pasukan bersenjata pada Sabtu, 27 Maret 2021.

Berdasarkan informasi terbaru, sekitar 50 orang demonstran tewas akibat tembakan pasukan keamanan Myanmar.

Aksi unjuk rasa terhadap kudeta Myanmar 1 Februari 2021 tersebut kembali pecah, dan para demonstran turun ke sejumlah jalan di Kota Yangon, Mandalay, dan lainnya pada Sabtu, 27 Maret 2021.

Mereka menentang peringatan junta yang mengatakan bahwa para demonstran bisa ditembak di kepala dan di belakang, ketika para Jenderal merayakan hari angkatan bersenjata.

Baca Juga: Permintaan Vios Melonjak 500 Persen, Toyota : Dampak Penjualan Bagus

Seorang juru bicara CPRH, kelompok antijunta yang didirikan oleh para anggota parlemen yang telah dilengserkan, Dr. Sasa pun angkat bicara terkait peristiwa tersebut.

“Hari ini merupakan hari yang memalukan bagi angkatan bersenjata,” ucapnya, dikutip dari Reuters, Sabtu, 27 Maret 2021.

Dalam pernyataannya, Sasa juga mengkritik para Jenderal militer Myanmar yang justru merayakan hari pasukan bersenjata, setelah menewaskan banyak warga.

Dia pun menyebutkan perkiraan jumlah korban jiwa sejak aksi protes pertama kali pecah pada beberapa minggu yang lalu.

“Para Jenderal militer merayakan hari pasukan bersenjata, setelah baru saja membunuh lebih dari 300 warga sipil yang tidak bersalah,” kata Sasa.

Saat pasukan keamanan menembaki kerumunan demonstran di luar kantor Polisi di pinggiran kota Dala, Yangon, pada Sabtu, 27 Maret 2021, setidaknya empat orang dinyatakan tewas dan 10 orang terluka.

Baca Juga: Antisipasi Lapar Tengah Malam, 3 Buah Ini Harus Ada di Dapur

Tiga orang, termasuk seorang pemuda yang bermain dalam tim sepak bola lokal di bawah 21 tahun, ditembak dan dibunuh dalam sebuah aksi protes di distrik Insein City.

Sementara itu, sebanyak 13 orang tewas dalam berbagai insiden yang terjadi di Mandalay, Myanmar.

Korban juga dilaporkan berjatuhan di kawasan Sagaing dekat Mandalay, Kota Lashio di timur, Bago, dekat Yangon, dan tempat-tempat lainnya.

Myanmar mengatakan saat ini sebanyak 50 orang tewas dalam aksi demonstrasi yang terjadi di hari angkatan bersenjata tersebut.

Sedangkan pihak militer Myanmar masih belum memberikan tanggapan atas peristiwa yang terjadi hari ini.

Baca Juga: Kemendikbud Tambah KIP Kuliah, Prodi Terakreditasi A Maksimal Dapat Rp12 Juta Per Orang

Padahal, setelah memimpin parade militer di Ibu Kota Naypyitaw sebagai tanda hari angkatan bersenjata, Jenderal senior Min Aung Hlaing menegaskan kembali janjinya untuk menyelenggarakan Pemilu.

“Tentara berusaha untuk bergandengan tangan dengan seluruh bangsa, untuk menjaga demokras. Tindakan kekerasan yang mempengaruhi stabilitas dan keamanan untuk membuat tuntutan, adalah hal yang tidak pantas,” tuturnya.

Kematian terakhir tersebut menambah jumlah korban menjadi hampir 380 orang tewas dalam aksi kekerasan yang terjadi setelah kudeta terhadap Pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi.***

Editor: Yusuf Samanery

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler