Detik-detik Mencekam Sebelum Israel Mengebom Menara Al-Jazeera di Gaza: 'Beri Kami 10 Menit'

- 16 Mei 2021, 18:04 WIB
The al-Jalaa tower kantor Al Jazeera and The Associated Press (Kantor Media Internasional) di Gaza/
The al-Jalaa tower kantor Al Jazeera and The Associated Press (Kantor Media Internasional) di Gaza/ /Mohammed Salem/Reuters/


PORTALMALUKU.COM —  Youmq Al Sayed, salah seorang jurnalis Al Jazeera, menceritakan detik-detik mencekam selama satu jam sebelum Israel mengebom bangunan yang ia huni, menara al-Jalaa.

Bangunan itu merupakan gedung Al Jazeera dan kantor berita Associated Press (AP), yang juga telah menjadi tempat kerja kedua bagi Al Sayed.

Setelah peringatan nahas dari militer Israel, Al Sayed bergerak. Dia hanya memiliki waktu kurang dari satu jam untuk proses evakuasi.

Di menara al-Jalaa hanya terdapat satu lift yang berfungsi. Gedung 11 lantai di Kota Gaza ini menampung sekitar 60 apartemen hunian dan sejumlah kantor, termasuk Al Jazeera dan AP.

Melihat keterbatasan itu, al-Sayed bergegas melewati tangga. "Kami meninggalkan lift untuk orang tua dan anak-anak untuk dievakuasi," kata jurnalis lepas Palestina itu.

"Kami semua berlari menuruni tangga. Ada anak-anak di sana dan di situasi itu siapa yang bisa membantu menurunkan mereka?"

“Saya sendiri membantu menurunkan dua anak dari gedung. Waktu itu semua orang berlari cepat," kisah al-Sayed, dikutip Al-Jazeera, Ahad, 16 Mei 2021.

Sebelumnya, mereka telah diberi kabar via telepon oleh seorang militer Israel untuk melakukan proses evakuasi dan segera tinggalkan Al Jazeera sebelum jet tempurnya mengebom gedung itu. Waktu meraka hanya satu jam.

Baca Juga: Terungkap! Ini Alasan Joe Biden Dukung Serangan Israel ke Palestina

Mendengar peringatan itu, Safwat al-Kahlout, salah seorang jurnalis  Al Jazeera, akhirnya bergerak cepat. Dia dan rekan-rekannya berusaha mengumpulkan barang penting sebanyak yang mereka bisa: dari pribadi hingga peralatan kantor, terutama kamera.

al-Kahlout mengaku, untuk mengamankan semuanya. Dia menyebut harus butuh lebih banyak waktu untuk proses evakuasi.

“Beri saya waktu 15 menit,” seorang jurnalis AP memohon melalui telepon dengan seorang perwira intelijen Israel.

Dia terus memohan dan memberikan beberapa alasan mendadar supaya diberikan penambahan waktu.

“Kami punya banyak peralatan, termasuk kamera, dan lainnya. Aku bisa mengeluarkan semuanya," katanya dari luar gedung.

Jawad Mahdi, seorang pemilik gedung lain, juga mencoba mengulur waktu. Dia meminta kepada militer Israel untuk memberi waktu untuk mengamankan peralatan mereka yang masih tertinggal di dalam gedung.

"Yang saya minta adalah membiarkan empat orang masuk ke gedung untuk mengambil kamera mereka," katanya kepada petugas Israel itu.

"Kami menghormati keinginan Anda, kami tidak akan melakukannya jika Anda tidak mengizinkannya, tetapi beri kami 10 menit."

“Tidak akan ada 10 menit,” jawab seorang petugas Isreal itu lantang.

"Tidak ada yang diizinkan memasuki gedung, kami sudah memberi Anda waktu satu jam untuk mengungsi," katanya.

Ketika permintaan itu ditolak, Mahdi berkata: “Kamu telah menghancurkan pekerjaan hidup kami, kenangan, hidup. Saya akan menutup telepon, melakukan apa yang Anda inginkan. Ada Tuhan."

Militer Israel mengklaim ada "kepentingan militer intelijen Hamas" di gedung Al Jazeera, sebuah garis standar yang digunakan setelah membom gedung-gedung di Gaza, dan menuduh kelompok yang menjalankan wilayah tersebut menggunakan jurnalis sebagai tameng.

Klaim militer Israel itu ditampik. Menurut mereka tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut.

Baca Juga: Hamas Serang Balik, Joe Biden Minta Hentikan: untuk Tidak Memicu Eskalasi Lebih Jauh

“Saya telah bekerja di kantor ini selama lebih dari 10 tahun dan saya tidak pernah melihat sesuatu yang mencurigakan,” kata al-Kahlout.

"Saya bahkan bertanya kepada rekan-rekan saya, apakah mereka telah melihat sesuatu yang mencurigakan? Tak ada yang membenarkan itu."

Dia memberkan bahwa rekan-rekan kerjanya tidak pernah melihat aspek militer atau bahkan para pejuang keluar masuk di gedung Al-Jazeera.

“Di gedung ini, kami memiliki banyak keluarga. Kami kenal selama lebih dari 10 tahun. Kami bertemu satu sama lain setiap hari dalam perjalanan keluar-masuk kantor," kisahnya.

Presiden dan CEO AP,  Gary Pruitt, juga mengatakan hal serupa. Menurutnya, selama ia bekerja di gedung itu, tak pernah meraka ada pergerakan Hamas.

“Saya dapat memberi tahu Anda bahwa kami telah berada di gedung itu selama sekitar 15 tahun untuk biro kami. Kami jelas tidak merasa Hamas ada di sana. "

Al-Sayed, yang telah meliput pemboman Israel untuk Al Jazeera dan telah bekerja untuk AP, mengatakan dia tidak dapat memahami ancaman apa yang dapat ditimbulkan oleh sebuah bangunan yang menampung keluarga dan kantor pengacara, dokter, dan pekerja media.

“Di mana alarm dari ini? Di mana Hamas atau anggota militer lainnya yang mungkin berada di gedung ini? " tanya warga Gaza.

“Orang-orang di sini, para penghuni, semuanya saling kenal. Lima lantai pertama adalah untuk kantor yang [tutup] selama masa eskalasi ini. Jadi pada dasarnya yang [masih di sini] adalah dua kantor media Al Jazeera dan AP dan apartemen tempat tinggal. ”

Namun, pada pukul 3.12 sore waktu setempat, serangan Israel pertama datang. Lima menit kemudian, menara al-Jalaa jatuh ke tanah setelah dihantam oleh tiga rudal yang mengirimkan awan gelap debu dan puing-puing ke udara. Belum ada laporan tentang korban jiwa.

“Kenangan bertahun-tahun, bertahun-tahun bekerja di gedung ini, tiba-tiba semuanya menjadi puing-puing,” kata al-Kahlout, tentang menara yang atapnya sering ia pancarkan. "Lenyap begitu saja."

Baca Juga: Dua Teroris Papua Tewas Usai Baku Tembak dengan TNI-Polri, Satu Melarikan Diri

Islam az-Zaeem, seorang pengacara yang bekerja di gedung al-Jalaa pun mengisahkan detik-detik setelah mendengar kabar gedung tempat kerjanya menjadi sasaran udara Israel.

Inormasi itu ia terima dari sepupunya yang juga sebagai pemilik gedung Johara yang telah diratakan Israel pada 13 Mei 2021 lalu. Waktu itu Az-Zaeem sedang berada di rumah. Sepupunya datang dan mengetuk pintu rumahnya. Dia memberitahukan bahwa al-Jalaa akan dihancurkan.

"Saya berlari ke gedung dan melihat penghuni dan karyawan lainnya berkumpul di luar," kata az-Zaeem.

“Saya masuk ke dalam dan naik tangga karena listrik padam dan elevator tidak berfungsi. Saya histeris, dan jatuh beberapa kali dalam kegelapan, berteriak dan menangis."

Az-Zaeem meninggalkan gedung lima menit sebelum diratakan.
 “Bahkan setelah gedung itu runtuh, saya terus berteriak bahwa saya lupa mengunci pintu kantor saya. Bayangkan itu," ucapnya.

Wartawan AP, Fares Akram, mengaku waktu itu tengah tertidur tidur di kantor. Dia baru terjejut ketika rekan-rekannya mulai berteriak, “Evakuasi! Pengungsian!"

Akram lantas begreak bangun dan mengambil peralatan yang dia bisa: laptop, beberapa barang elektronik, dan beberapa barang dari mejanya. Setelah itu pun berlari menuruni tangga dan melompat ke mobilnya.

Ketika dia sudah cukup jauh, Akram menghentikan mobilnya dan keluar untuk melihat kembali ke menara. Dia mengatakan dia menyaksikan serangan pesawat tak berawak menghantam gedung, diikuti oleh tiga serangan lebih kuat dari F-16.

“Awalnya, itu tampak seperti lapisan dari sesuatu yang runtuh. Kemudian asap dan debu menyelimuti segalanya. Langit bergemuruh. Bangunan yang menjadi rumah bagi beberapa orang, kantor bagi orang lain, bagi saya, seketika menghilang dalam selubung debu, ”tulis Akram di sebuah media sosialnya menggambarkan kejadian itu.

Baca Juga: Hamza Choudhury dan Wesley Fofana Dapat Surat dari Duta Besar Usai Kibarkan Bendera Palestina di Wembley

Menara al-Jalaa

Gedung al-Jalaa dibangun pada pertengahan 1990-an, adalah salah satu gedung tinggi dan tertua di Kota Gaza.

Direktur Eksekutif Mayadeen Media Group, Fares al-Ghoul, mengatakan perusahaannya sebelumnya berbasis di gedung Shorouq, yang dihancurkan oleh rudal Israel pada 13 Mei.

"Lantai atas Shorouq menjadi sasaran perang 2014," katanya.

Pada 2019, kata Fares, mereka memindahkan perusahaan ke gedung al-Jalaa yang dianggap lebih aman karena menampung sejumlah kantor agensi media internasional.”

“Sekarang keduanya telah dihancurkan,” katanya.***

Editor: Irwan Tehuayo

Sumber: Al-Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x