Setelah Perang Berkecamuk di Gaza: Antara Derita dan Harapan yang Absurd

- 25 Mei 2021, 12:24 WIB
Sebuah kawah penuh air dan sisa-sisa limbah di mana rumah Ramez al-Masri dihancurkan oleh serangan udara sebelum gencatan senjata tercapai setelah perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara, Ahad, 23 Mei 2021.
Sebuah kawah penuh air dan sisa-sisa limbah di mana rumah Ramez al-Masri dihancurkan oleh serangan udara sebelum gencatan senjata tercapai setelah perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara, Ahad, 23 Mei 2021. /AP Photo/John Minchillo

  BEIT HANOUN, Jalur Gaza - Ramez Al-Masri (39) membutuhkan tiga tahun untuk membangun kembali rumahnya setelah dihancurkan dalam serangan Israel tahun 2014 lalu. Ketika teror roket Israel kembali menghujam Gaza pekan lalu, hanya butuh beberapa detik rumah Al-Masri itu kembali menyatu dengan tanah.

Sekali lagi, Al-Masri yang putus asa, kembali menemukan dirinya berada di antara ribuan warga Gaza yang kehilangan tempat tinggal akibat konflik Irael dan dan Hamas di wilayah itu.

Setelah rumahnya hancur, Al-Masri dan 16 penghuni bangunan berlantai dua itu tersebar di rumah sejumlah kerabatnya. Ia kerap gelisah, membatin: berapa lama mereka akan mengungsi sambil menunggu uluran tangan bantuan internasional agar membangun kembali rumah mereka.

“Anak-anak saya terpencar- dua di sana, tiga di sini, satu di sana. Segalanya sangat sulit, ”katanya. "Kami hidup dalam kematian setiap hari selama ada pendudukan," katanya, mengacu pada aturan Israel atas Palestina, termasuk blokade di Gaza, dilansir dari Asociated Press, Senin, 24 Mei 2021.

Ramez al-Masri, 39, menavigasi tepi kawah di mana rumahnya dihancurkan oleh serangan udara sebelum gencatan senjata tercapai setelah perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Ahad, 23 Mei 2021, di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara. 
Ramez al-Masri, 39, menavigasi tepi kawah di mana rumahnya dihancurkan oleh serangan udara sebelum gencatan senjata tercapai setelah perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Ahad, 23 Mei 2021, di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara.  Foto AP / John Minchillo
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan sekitar 1.000 rumah hancur dalam perang 11 hari yang berakhir Jumat lalu. Lynn Hastings, koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah tersebut, mengatakan ratusan unit rumah tambahan rusak parah sehingga kemungkinan besar tidak dapat dihuni.

Baca Juga: Setelah Wembley, Giliran Bendera Palestina Berkibar di Old Trafford

Kerusakannya kurang luas dibandingkan dengan perang 50 hari tahun 2014, di mana seluruh lingkungan berubah menjadi puing-puing dan 141.000 rumah musnah atau rusak.

Tetapi setelah perang itu, donor internasional dengan cepat menjanjikan bantuan rekonstruksi sebesar $ 2,7 miliar untuk daerah di Gaza yang mengalami kehancuran parah.

Masih belum jelas, apakah komunitas internasional, di tengah krisis global akibat Covid-19 dan tahun-tahun diplomasi Timur Tengah yang kerap kali gagal, akan siap membuka "dompet kemanusiaannya" lagi atau tidak.

Saat itu pukul tiga pagi pada hari Rabu ketika panggilan telepon dari Israel datang ke tetangga yang memerintahkan semua orang di daerah itu untuk dievakuasi. "Tinggalkan rumah Anda, kami akan membom," cerita Al-Masri mengenang peristiwa itu.

Halaman:

Editor: Irwan Tehuayo

Sumber: Assicated Press


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x