Pakar Asing Sebut Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Salah Arah, Ini Alasannya

- 14 Januari 2021, 06:11 WIB
Wakil Ketua Dokter Kepresidenan, Prof. dr. Abdul Mutalik sempat tangannya gemetaran saat menyuntik vaksin corona atau Covid-19 kepada Presiden RI Jokowi.
Wakil Ketua Dokter Kepresidenan, Prof. dr. Abdul Mutalik sempat tangannya gemetaran saat menyuntik vaksin corona atau Covid-19 kepada Presiden RI Jokowi. /ANTARA FOTO/Agus Suparto/


PORTALMALUKU.COM -- pakar epidemiologi dari Australia, Kim Mulholland, mengkritik proses vaksinasi Covid-19 di Indonesia.

Profesor Vaksinologi London School of Hygiene and Tropical Medicine yang berbasis di Universitas Melbourne menyebut Indonesia salah arah dalam menjalankan vaksinasi Covid-19.

Pemerintah Indonesia sendiri mulai menggelar vaksinasi Covid-19 perdana pada Rabu 13 Januari 2021.

Baca Juga: Uji Coba Tahap 2 Lancar, Korsel Optimis Luncurkan Anticovid-19 Hingga 2 Juta Dosis

Presiden Joko Widodo menjadi yang pertama menerima suntikan vaksin Sinovac di Istana Negara.

Sejumlah tokoh dan perwakilan masyarakat juga ikut menjalani vaksinasi Covid-19 di Istana Negara.

Penyuntikan vaksin Sinovac perdana ditayangkan secara langsung melalui akun YouTube pemerintah agar masyarakat mau mengikuti vaksinasi Covid-19.

Proses vaksinasi Covid-19 di Indonesia sendiri agak berbeda dengan negara lain.

Pemerintah memprioritaskan usia produktif untuk disuntik vaksin Sinovac terlebih dahulu setelah memvaksinasi tenaga kesehatan dan pekerja layanan publik.

Baca Juga: UPDATE: Ini Kode Redeem Genshin Impact Hari Ini 14 Januari, Segera Klaim Hadiahnya!

Sebagaimana dikabarkan PikiranRakyat-Depok.com dalam artikel "Langkah Vaksinasi Indonesia Dinilai Salah, Vaksinolog Universitas Melbourne: Harusnya Lansia Dulu", Kim Mulholland menegaskan lansiaseharusnya menjadi prioritas dalam vaksinasi Covid-19.

Bukan tanpa alasan, berdasarkan data korban Covid-19 di Indonesia didominasi oleh para lansia berusia 60 tahun lebih.

“Jika Anda melihat semua penelitian yang dilakukan di setiap negara di dunia, bukti yang sangat menunjukkan bahwa faktor risiko terbesar untuk menjadi sakit parah akibat Covid-19 adalah usia," kata Mulholland dikutip dari Aljazeera, Rabu 13 Januari 2021.

"Bahkan di Indonesia yang memiliki populasi muda, kematian terbanyak adalah orang di atas 60 tahun," katanya melanjutkan.

Kemudian data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia juga menguatkan argumen tersebut.

Baca Juga: UPDATE: Seorang Pengedar Uang Palsu di Bali Terancam Pidana 15 Tahun Penjara

Orang yang berusia di atas 60 tahun memang hanya mewakili 10 persen dari populasi Indonesia, tetapi 39 persen dari kematian akibat Covid-19.

“Bahwa apa yang mungkin sebenarnya coba dilakukan oleh Pemerintah Indonesia adalah mencapai kekebalan komunitas dengan memvaksinasi orang dewasa muda yang merupakan penyebar penyakit paling kuat,” kata dia.

Lebih lanjut menurut Mulholland, masalah dari strategi ini adalah tidak adanya bukti yang menunjukkan bahwa vaksinasi mencegah penerima untuk tertular dan menularkan penyakit.

"Vaksin yang efektif hanya terbukti mencegah penerima jatuh sakit," katanya melanjutkan.

Strategi pemerintah Indonesia adalah kebalikan dari sejumlah negara yang lebih dulu melakukan vaksinasi.

Baca Juga: Ingin Penampilan Tetap Santai dan Nyaman? Berikut 3 Tips Ala Likee

Banyak ahli medis mengatakan kelompok masyarakat pertama yang divaksinasi haruslah staf medis yang bertugas di garis depan kemudian lansia.

“Terutama mereka yang lemah atau tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang, telah terpengaruh secara tidak proporsional oleh pandemi Covid-19,” menurut penelitian terbaru yang diterbitkan di The Lancet, jurnal medis terkemuka dunia.

Di Inggris, orang pertama yang menerima vaksin Covid-19 adalah seorang pensiunan berusia 90 tahun.

Kebijakan yang sama juga berlaku di Kanada. Penerima pertama vaksin Covid-19 diutamakan untuk lansia berusia 89 tahun.

Di Jerman, seorang penghuni panti jompo berusia 101 tahun berada di antrean pertama.

Adapun di Indonesia, vaksinasi fase pertama ditargetkan untuk petugas kesehatan, pekerja dari layanan publik seperti polisi, tentara, guru, dan birokrat.

Baca Juga: Ma’ruf Amin Sebut Tidak Ada Alasan Tolak Vaksin Covid-19, Ketua MUI: Itu Kehendak Wapres

Juru bicara Kementerian Kesehatan Dr Nadia Wikeko mengatakan kepada Al Jazeera, Indonesia menargetkan usia produktif pada 18 hingga 59 tahun.

Saat ini ini pihaknya belum menyelesaikan uji klinis tahap tiga untuk orang-orang di luar rentang usia ini dengan vaksin Sinovac.

Ia mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menunggu tinjauan BPOM untuk melihat pertimbangannya terkait vaksinasi terhadap orang di atas 60 tahun.*** (Hizbi Muzadid/Pikiran Rakyat Depok)

Editor: Yusuf Samanery

Sumber: Aljazeera Depok.pikiran-rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah