BMKG Bantah Isu Indonesia Diterpa Gelombang Panas, Begini Penjelasannya

- 14 November 2020, 14:13 WIB
BMKG menyatakan tidak terjadi gelombang panas di Indonesia saat ini.
BMKG menyatakan tidak terjadi gelombang panas di Indonesia saat ini. /bmkg.go.id



PORTALMALUKU.COM -- Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah kabar burung yang menyebut Indonesia sedang diterpa gelombang panas.

Dalam kabar yang beredar luas di media sosial itu, suhu udara Indonesia saat siang hari disebut mencapai 40 derajat celsius.

BMKG, melalui pernyataan tertulisnya pada Sabtu 14 November 2020, menyebut berita yang beredar itu tidak tepat karena kondisi suhu panas dan terik saat ini tidak tergolong kategori gelombang panas.

Baca Juga: Embung Air Bersih PUPR tak Terawat, Warga Rhun, Banda Naira, Hanya Menanti Air Hujan untuk Minum

Dalam ilmu klimatologi, gelombang panas adalah periode cuaca atau suhu panas yang tidak wajar dan biasa berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih yang disertai kelembapan udara tinggi.

Suatu kawasan dianggap terkena gelombang panas jika mencatatkan suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik seperti melonjak lima derajat celsius dibanding normal.

Apabila suhu maksimum itu terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama, tidak dikatakan sebagai gelombang panas.

Baca Juga: Besok Sule Nikahi Nathalie, Rafi Ahmad akan Siarkan di Channel YouTubenya

Gelombang panas umumnya terjadi berkaitan dengan berkembanganya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area secara menetap dalam beberapa hari.

Berdasarkan pantauan BMKG terhadap suhu maksimum di Indonesia, suhu tertinggi siang hari mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir.

Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul "Ramai Isu Indonesia Diterpa Gelombang Panas, BMKG Jelaskan Penyebab Suhu Lebih Tinggi dari Biasanya," melaporkan, suhu lebih dari 36 derajat di Bima, Sabu dan Sumbawa pada 12 November.

Baca Juga: Syarat Untuk Dapat Transfer BLT Subsidi Gaji BPJS, Pastikan Namamu ada di Link Ini

Suhu tertinggi pada hari itu tercatat di Bandara Sultan Muhammad Salahudin Bima, yakni 37,2 derajat celsius.

Catatan suhu itu bukan merupakan penyimpangan besar dari rata-rata iklim suhu maksimum di wilayah itu dan masih dalam ambang batas wajar.

Sebab suhu tinggi beberapa waktu terakhir karena ada kedudukan semu gerak matahari yang tepat di atas Jawa dalam perjalannya menuju posisi 23 lintang selatan setelah meninggalkan ekuator.

menurut BMKG, posisi semu itu membuat paparan cahaya matahari memicu peningkatan suhu. Posisi semu matahari di atas Jawa akan terjadi dua kali yaitu pada November dan April.

Salah satu dampak kedudukan semu itu adalah kawasan Jawa dan NTT mengalami peningkatan suhu tetapi tidak tergolong terkena gelombang panas.***

Editor: Yusuf Samanery

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x