AS Bantah Klaim Vladmir Putin soal Kemenangan Rusia di Mariupol, Ini Alasannya

- 23 April 2022, 01:33 WIB
Pasukan Putin telah mengepung Mariupol sejak awal perang.*
Pasukan Putin telah mengepung Mariupol sejak awal perang.* /Reuters/

PORTALMALUKU.COM — PADA Kamis kemarin, 22 April 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kemenangan negaranya dalam pertempuran terbesar di Ukraina. Putin mengklaim kota pelabuhan Mariupol "sudah dibebaskan".

Mendengar pernyataan Putin, Amerika Serikat membantah klaim tersebut. Dalihnya, pasukan Ukraina masih berada di Mariupol.

Perlu diketahui, Mariupol, salah satu pelabuhan utama di wilayah Donbas di Ukraina timur, berada di antara daerah-daerah yang dikuasai kelompok separatis dan Krimea --semenanjung di Laut Hitam yang dicaplok Rusia pada 2014.

Menurut laporan Reuters seperti dikutip Antara, Sabtu, 23 April 2022, sebelumnya Putin memerintahkan pasukan Rusia untuk memblokade sebuah kompleks pabrik baja, tempat sejumlah warga Ukraina disebutkan telah menyerahkan diri ataupun meninggal.

Menurut Ukraina, Putin ingin menghindarkan bentrokan terakhir dengan pasukan Ukraina di Mariupol karena ia tidak punya cukup tentara untuk mengalahkan pasukan negara itu.

Namun, beberapa pejabat Ukraina juga menyuarakan permintaan bantuan untuk mengevakuasi para warga sipil, juga prajurit-prajurit yang terluka.

Dalam pertemuan di kantornya, Kremlin, yang disiarkan televisi, Putin menyampaikan selamat kepada menteri pertahanan dan pasukan Rusia karena sudah "berhasil menyelesaikan upaya pertempuran untuk membebaskan Mariupol".

Baca Juga: Biodata 6 Pemeran Utama Wedding Agreement The Series, Ada Refal Hady, Indah Permatasari, hingga Ibrahim Risyad

Ia mengatakan penting untuk melakukan serbuan ke zona industri. Pabrik baja Azovstal berada di zona itu.

"Blokir kawasan industri ini sehingga lalat pun tidak bisa masuk," kata Putin.

Dengan menguasai kota pelabuhan itu, Rusia bisa menghubungkan kedua daerah saat meningkatkan serangannya di Ukraina timur.

Kendati Putin mengklaim kemenangan besar pertama --sejak pasukannya terdesak keluar dari Kiev serta kawasan Ukraina utara pada Maret, Rusia belum berhasil mencapai kemenangan seperti yang diinginkan.

Dalam pidato larut malam, Presiden Rusia Volodymyr Zelenskyy mengatakan Rusia bertindak habis-habisan supaya bisa "menyebut-nyebut soal setidaknya beberapa kemenangan", termasuk dengan mengerahkan kelompok taktis batalyon yang baru.

Ketika dimintai komentar soal klaim Putin perihal kemenangan di Mariupol itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, menganggap pernyataan itu disinformasi. Dia menganggapnya sebagai "buku pedoman mereka (Rusia) yang sudah usang".

Perang Sengit di Mariupol

Mariupol mengalami pertempuran paling sengit sejak pasukan Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu.

Kota berpenduduk 400.000 orang itu juga mengalami bencana kemanusiaan terburuk sejak invasi bergulir.

Ukraina memperkirakan sudah puluhan ribu warga sipil yang meninggal di Mariupol. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Palang Merah mengatakan jumlah korban jiwa itu mencapai sedikitnya ribuan orang.

Para petempur Ukraina masih berada di kompleks baja Azovstal --salah satu fasilitas terbesar metalurgi di Eropa. Luasnya mencapai 11 kilometer persegi dan memiliki sejumlah gedung ukuran raksasa, ruang bawah tanah, dan terowongan.

Wali Kota Mariupol, Vadym Boichenko, mengatakan Putin yang bisa menentukan nasib 100.000 warga sipil yang terkepung di kota itu.

Baca Juga: PROFIL dan Biodata Mahalini, Kekasih Rizky Febian: Umur, Asal, Keluarga, Pendidikan, hingga Perjalanan Karier

"Penting untuk dipahami bahwa masih ada orang-orang bernyawa di sana, nasib mereka berada di tangan hanya satu orang --Vladimir Putin. Dan kematian yang akan terjadi sekarang, juga ada di tangan dia," kata Boichenko Kamis kemarin.

Deputi Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuck mengatakan 1.000 warga sipil serta 500 prajurit yang terluka perlu segera dibawa keluar dari kompleks baja tersebut.

Ia menuding pasukan Rusia bersalah karena tidak membuat koridor aman, yang menurutnya sudah disepakati.

Moskow mengatakan Rusia telah membawa 140.000 warga sipil keluar dari Mariupol dalam gerakan evakuasi kemanusiaan.

Kiev mengatakan beberapa di antara para warga tersebut disuruh keluar secara paksa dari Mariupol. Tindakan seperti itu terhadap mereka bisa dianggap sebagai kejahatan perang. ***

Editor: Irwan Tehuayo

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x