Network
PortalMaluku.com — Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengeluarkan pernyataan bersama perihal eskalasi militer Israel di Gaza dan sekitarnya yang dinilai sudah begitu mengancam nyawa warga sipil. OKI tegas mendukung Palestina untuk membela diri melawan agresi Israel.
"Kami mendukung hak Palestina untuk membela diri melawan agresi Israel yang menargetkan nyawa, kesucian, dan harta benda mereka," demikian bunyi pernyataan bersama tersebut usai rapat Komite Eksekutif OKI tingkat Menteri Luar Negeri yang digelar di Jeddah, Arab Saudi, Rabu kemarin.
Dalam deklarasi, OKI menegaskan bahwa masalah Palestina penting bagi seluruh dunia Islam. Mereka berpandangan, hak-hak rakyat Palestina tidak dapat dicabut, terutama penentuan nasib sendiri, kembalinya pengungsi Palestina, kemerdekaan dan pembentukan negara yang merdeka—Palestina yang berdaulat dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya di perbatasan tanggal 4 Juni 1967—juga nyawa, kesucian, serta harta benda mereka.
Baca Juga: Hamas Temukan Peta Misterius di Hutan dan Masuk ke Pusat Intelijen Militer Israel
Kejahatan Perang
Dalam pertemuan darurat itu, OKI mengutuk serangan udara yang menghantam Rumah Sakit Al-Ahli di Jalur Gaza pada Selasa malam, 17 Oktober 2023. Mereka menyalahkan Israel sebagai pihak di balik serangan brutal yang menyebabkan ratusan korban jiwa tersebut.
OKI menyebut tindakan Israle tersebut merupakan sebuah kejahatan perang dan pelanggaran terhadap hukum internasional. Mereka memperingatkan, penargetan yang disengaja terhadap warga sipil dan kelanjutan kebijakan hukuman kolektif akan mengarah pada bencana serius dan nyata.
Diketahui, Rumah Sakit Baptis Al Ahli di Gaza menjadi target pengeboman yang menewaskan dan melukai ratusan warga sipil yang tengah dirawat.
Cabut Blokade di Jalur Gaza
Deklarasi tersebut juga menyerukan supaya segera mengakhiri serangan brutal militer Israel terhadap rakyat Palestina, juga diakhirnya blokade Jalur Gaza. Pasalnya, agresi militer Israel secara brutal di Gaza menyebabkan ratusan warga sipil tewas, ribuan terluka, dan ratusan ribu orang mengungsi.
