2 Tenaga Kesehatan Ditembak Mati Junta Militer Myammar

- 11 April 2021, 12:38 WIB
Myanmar Semakin Kalut, Indonesia Bersiap Tekan Dewan Keamanan PBB Agar Junta Militer Dikenai Embargo Senjata
Myanmar Semakin Kalut, Indonesia Bersiap Tekan Dewan Keamanan PBB Agar Junta Militer Dikenai Embargo Senjata /Twitter.com/@UNHumanRights



PORTALMALUKU.COM -- Dua tenaga kesehatan dikabarkan meninggal dunia setelah ditembak mati oleh junta militer Myammar.

Htet Htet Win dan suaminya ditembak akibat terlambat pulang ke rumah. Keduanya melewati jam malam yang ditetapkan pemerintah junta militer Myanmar.

Pasalnya, sepeda motor yang mereka gunakan melewati jalan-jalan di Mandalay Timur di atas jam 20.00 waktu setempat.

Baca Juga: Hanya Sehari 50 Pengunjuk Rasa di Myanmar Tewas

Pasukan keamanan junta militer Myanmar pun dilaporkan berteriak agar keduanya berhenti, lalu memberi tembakan peringatan.

Sang suami kemudian dipukuli oleh pasukan keamanan junta militer Myanar, tetapi berhasil lolos. Sedangkan Htet Htet Win dipukuli hingga terjatuh.

Sebuah foto buram yang diambil oleh saksi mata, memperlihatkan wajah Htet Htet Win saat terbaring di atas beton usai dipukuli tanpa ampun oleh pasukan keamanan militer Myanmar.

Lengannya tampak menjangkau di atas kepala, bagian atas dan bagian bawahnya mengalami memar berwarna ungu ditandai dengan bintik gelap.

Baca Juga: Kondisi Myanmar Siaga II, Kemenlu RI Imbau WNI Balik ke Tanah Air

Para dokter percaya bahwa Htet Htet Win masih hidup. Namun, warga memperingatkan bahwa anggota militer Myanmar kini sedang menunggu di dekat lokasi kejadian dan khawatir itu adalah jebakan.

“Saya merasa seolah-olah mereka menyergap kami. Saya pikir dai (Htet Htet Win) akan selamat jika kami dapat membawanya segera setelah itu terjadi,” ucap salah seorang penyelamat, dikutip dari The Guardian, Minggu, 11 April 2021.

Dia mengatakan bahwa para penyelamat harus menunggu lebih dari satu jam, sebelum para prajurit militer Myanmar akhirnya mundur. Namun, hal itu sudah terlambat.

Bagi para tenaga kesehatan di Myanmar, kejadian tersebut merupakan cerita yang sangat familier.

Para dokter mengatakan kepada pengamat, bahwa mereka secara rutin menjadi sasaran kekerasan militer Myanmar, dan dicegah untuk mengobati korban serangan berdarah.

Baca Juga: Seorang Demonstran Perempuan Antikudeta di Myanmar Tewas Tertembak di Bagian Otak

Mereka pun kembali menceritakan serangan saat pasukan keamanan junta militer Myanmar berupaya menekan perlawanan terhadap kudeta Februari hingga menyerbu fasilitas kesehatan.

Pihak militer Myanmar tak segan menggeledah dan menembaki ambulans, sampai-sampai menahan, memukuli, dan membunuh rekan-rekan tenaga kesehatan lainnya.

Sabtu 10 April 2021 lalu, dokter bedah ortopedi dan profesor Universitas, dr. Kyaw Min Soe diculik militer Myanmar dari rumahnya di Yangon.

Sebuah foto yang tampaknya diambil di tempat kejadian, menunjukkan dokter tersebut sedang digiring oleh militer Myanmar ke sebuah van, dengan tas yang diletakkan di atas kepalanya dan tangan terikat di belakang punggung.

Sejak saat itu, dua dokter anak telah ditangkap militer Myanmar di Mandalay, dan sebuah klinik telah digerebek di Yangon, dengan para tentara menahan empat relawan.

Sebuah fasilitas kesehatan juga digerebek militer Myanmar di Monywa, dua stafnya dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi.

Sedangkan fasilitas kesehatan lain di Kale juga digerebek, meskipun saat itu sedang tidak ada staf.

Baca Juga: Gejolak Kudeta Militer di Myanmar, KBRI Minta 500 WNI Tetap Tenang

Menurut asosiasi bantuan untuk tahanan politik yang telah melacak ratusan kematian, setidaknya lima tenaga kesehatan tewas dalam kekerasan yang dilakukan militer Myanmar.

Di antara tenaga kesehatan yang tewas, ada yang merawat Thinzar Hein (20). Ia ditembak mati oleh militer Myanmar ketika merawat para demonstran yang terluka di Monywa pada 28 Maret 2021 lalu.

Bahkan di beberapa daerah, para tenaga kesehatan tidak lagi menggunakan seragam, karena takut hal itu akan membuat mereka dalam bahaya yang lebih besar lagi.***

Editor: Yusuf Samanery

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah