Anda Hilang Penciuman? Berikut Penjelasan Versi Dokter dan Peneliti

- 22 Januari 2021, 10:48 WIB
ilustrasi indera penciuman.
ilustrasi indera penciuman. /Andrea Piacquadio/pexels.com/@olly

PORTALMALUKU.COM — Salah satu gejala Covid-19 adalah kehilangan kemampuan mencium. Semua aroma mulai dari masakan dan lain-lain akang tidak tercium seperti biasanya. 

Nah, jika Anda sedang mengalami masalah satu ini, bagaimanakah caranya untuk bisa sembuh? berikut penjelasan dari dokter spesialis paru dan beberapa peneliti terkait masalah ini.

Dokter spesialis paru Sylvia Sagita Siahaan, menjelaskan yang paling baik rehabilitasi penciuman misalnya mencium sesuatu seperti minyak kayu putih.

Baca Juga: ShopeePay 2020:Masyarakat Indonesia Nikmati Transaksi Offline dan Online Berbagai Kategori

“Jadi kita rangsang saraf lagi saraf-sarafnya untuk bisa beregenerasi supaya anosmianya menjadi perbaikan,” ujar Sagita, dikutip dari Antara, Jumat 22 Januari 2021.

Sedangkan menurut peneliti anosmia Eric Holbrook, yang juga direktur rinologi di Massachusetts Eye and Ear, mengatakan tidak semua orang merespons hal yang sama. Ini sesuatu yang non-invasif dan mudah dilakukan dan disarankan.

“Pasien dapat mencoba pelatihan aroma yakni menemukan bau yang kuat dan menghirupnya sambil berfokus pada seperti apa aroma itu seharusnya,” kata Holbrook.

Baca Juga: P3K 2021 Segera Dibuka, Ini 9 Cara Pendaftaran yang Harus Dilengkapi

Beberapa penelitian menunjukkan, orang-orang mengalami peningkatan kemampuan mencium dibandingkan dengan kelompok kontrol setelah menjalani pelatihan penciuman.

“Pasien bisa mengumpulkan beberapa aroma yang kuat misalnya kayu manis, mint, jeruk, wewangian mawar dan cengkih. Lalu tarik napas selama 10- 20 detik sambil memikirkan seperti apa aromanya,” tambah Holbrook.

Ahli otolaryngologi di Mount Sinai Hospital, New York, Alfred Iloreta beberapa waktu lalu memulai uji klinis untuk melihat apakah mengonsumsi minyak ikan membantu memulihkan indra penciuman.

Baca Juga: Siapkan Diri Anda, Ini Syarat Pendaftaran P3K 2021, Guru Honorer Wajib Tahu!

Asam lemak omega-3 yang ditemukan dalam minyak ikan dapat melindungi sel saraf dari kerusakan lebih lanjut atau membantu meregenerasi pertumbuhan saraf.

Jika Anda tidak bisa membaui atau rasa, kata dia, Anda akan kesulitan makan apa pun dan itu adalah masalah kualitas hidup yang sangat besar.

“Pasien saya, dan orang yang saya kenal yang kehilangan baunya, benar-benar hancur karenanya,” kata Iloreta.

Baca Juga: Soal Penanganan Data Sensitif, Google: Kami Secara Aktif Menyelidiki Masalah Ini

Studi dalam Journal of Internal Medicine pada Januari 2021 menemukan, hampir 86 persen dari 2.581 pasien COVID-19 yang diteliti kehilangan membaui dan mengecap akibat virus corona.

Dokter spesialis penyakit menular di Northeast Ohio Medical University, Richard Watkins, menjelaskan anosmia terjadi sebagai efek samping virus yang berkembang biak di hidung dan tenggorokan.

Virus dapat menyebabkan peradangan dan pembengkakan di saluran hidung sehingga menyebabkan hidung tersumbat, menurunkan indra Anda dalam prosesnya.

Baca Juga: Dari 139 Perkara Selama Tahun 2020, MK Masih Periksa 50 Perkara

Tetapi mengapa gejala ini tak kunjung hilang pada beberapa orang belum sepenuhnya bisa dipahami para ahli.

“Reseptor virus telah ditemukan di lapisan khusus rongga hidung yang berisi saraf penciuman yang pertama kali mendeteksi bau di udara. Meskipun reseptor ini belum ditemukan pada saraf itu sendiri, kerusakan di sekitarnya kemungkinan besar menyebabkan hilangnya bau,” tutur Holbrook.

Anosmia biasanya akan membutuhkan waktu untuk enyah, bisa berbulan-bulan dan umumnya berbeda-beda antar pasien.

Baca Juga: Berikut 5 Manfaat Buah Tin dan Cara Konsumsinya

Para peneliti menemukan sekitar 15 persen belum bisa memulihkan indra perasa dan penciuman mereka 60 hari setelah infeksi, sementara hampir 5 persen berada dalam situasi yang sama hingga enam bulan kemudian.

Sylvia mengatakan, para dokter yang menangani COVID-19 akan bekerja sama dengan dokter spesialis THT dalam kasus anosmia. Penanganannya bisa tergantung derajat kerusakan saraf yang diakibatkan virus.

“Kami bekerja sama dengan dokter THT, karena saluran napasan atas memang dipegang THT juga. Biasanya memang tergantung derajat kerusakannya karena yang dirusak sarafnya,” tuturnya.***

Editor: M Fauzi Ode

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x