Soal Isu Islam Radikal, Cak Nun: yang Radikal Itu Pemerintah

26 November 2020, 15:51 WIB
Emha Ainun Nazib (Cak Nun)/Istimewa /Arahkata.com

PORTALMALUKU.COM — Tokoh Budayawan, Muhammad Ainun Najib atau sering disapa Cak Nun, meminta pemerintah dan pihak kepolisian agar tidak menjelek-jelekan Islam.

Permintaan tersebut, Cak Nun sampaikan dalam video YouTube pada akun Masyarakat Maiyah. Cak Nun, mengatakan Islam yang mengajarkan rasa syukur, diluar dari Islam tidak ada rasa syukur itu.

Menurut Cak Nun, apalagi sampai mencurigai adanya islam radikal, padahal tidak ada radikal, tapi dibilangnya radikal, kata dia, sejatinya dunia akan menjadi aman karena rasa syukur umat islam.

Baca Juga: Sinyal dari Istana Prabowo Tidak Lagi Dibutuhkan, Rocky Gerung: Mana yang Tidak Berhak Ada di Istana

Baca Juga: Warganet Juluki Luhut Binsar Pandjaitan Sebagai 'Menkosauru'

“Karena islam menyumbang rasa syukur, itu adalah karena mereka semua, menghayati nilai-nilai dari allah dari islam, islam itu yang mengajarkan rasa syukur dan rasa syukur itu tidak ada di luar islam, itu ayatnya jelas dalam Islam, dunia ini seharusnya rusuh terus sedunia, tapi karena orang Islam itu pandai bersyukur maka dunia ini menjadi aman,” ujar Cak Nun pada 8 Desember 2019 lalu.

Seperti yang dilansir dari laman Jurnalpresisi pada 26 November 2020 dengan judul artikel ‘Sebut Islam Radikal, Cak Nun: Saya Jatuhkan Soeharto dan Bisa Menjatuhkan Siapa Saja di Jakarta’, Cak Nun memberikan imbauannya kepada aparat dan pemerintah, jangan terlalu mengikuti arus menjelek-jelekan islam.

Tambahnya sembari memberi penegasan, Emha Ainun Nadjib lalu mengungkapkan, ada saatnya saya tidak akan diam seperti sekarang, sembari memberikan pertanyaan menurutmu untung apa saya disini.

Baca Juga: Simpan Uang Dugaan Suap di Rekening Asisten, ini Jumlah Suap yang Diterima Edhy Prabowo

“Jadi tolong bapak polisi, bapak pemerintah, jangan terlalu ikut arus menjelek-jelekan islam, sebelum saya marah, sebab ada saatnya saya tidak akan diam seperti sekarang, menurutmu untung apa saya disini ini?,” imbuhnya.

Meneruskan hal tersebut, Cak Nun menyebut bisa menjatuhkan Soeharto dan kemudian bisa saja menjatuhkan siapapun yang ada di Jakarta kalau dia mau.

Namun semuanya tidak beliau lakukan karena telah bertemu dengan rakyat yang penuh rasa syukur, penuh perdamaian, penuh kerukunan setiap hari, setiap malam dan dimana-mana.

Baca Juga: Setiap KK Dapat  Bansos BST Rp300 Ribu hingga Desember, Ayo, Cek Nama di dtks.kemensos.go.id

“Bila bukan karena aku bersyukur dan cinta padamu, saya menjatuhkan Suharto dan bisa menjatuhkan siapa saja di Jakarta kalau saya mau, tapi saya tidak melakukan semuanya karena saya bertemu dengan rakyat yang penuh rasa syukur, penuh perdamaian, penuh kerukunan setiap hari, setiap malam dimana-mana,” ucapnya.

Maka dari itu, ia menegaskan kembali jangan pernah mencurigai dan menjelakan islam, tidak ada radikal kok dibilang radikal.

“Jadi kalau seperti itu kamu jangan sampai menjelek-jelekan islam, asal islam kok dicurigai terus, tidak ada radikal kok dibilang radikal di Mojokerto, tidak ada disini ini pak, tidak ada… tidak ada…,“ ujarnya.

Baca Juga: Ternyata Sebelum Copot Baliho Rizieq, Pangdam Jaya Pernah Ketemu Petinggi FPI, Ini yang Dibicarakan

“Yang radikal itu pemerintah, memaksakan pendapatnya terus-menerus, bila saya teruskan, saya mau berdebat Nasional tentang ini," imbuhnya kembali.

Dia juga menjelaskan, Kata radikal itu ciptaan politik kanan di Amerika yang kemudian diteruskan oleh China.

"Kata radikal itu ciptaan politik kanan di Amerika, dan sekarang diteruskan oleh cina, karena mereka mersa terancam, bila islam ini bisa sungguh menguasai dunia maka semua orang tidak bisa tindas, semua orang tidak bisa diinjak-injak seperti ini,” ujarnya kembali.

Baca Juga: Maradona Meninggal, Presiden Argentina Tetepkan Hari Berkabung Selama Tiga Hari

Hal tersebut disebabkan oleh rasa terancam, bila islam ini bisa sungguh menguasai dunia maka semua orang tidak bisa tindas.

“karena benar sampai islam mengusasai dunia maka ancaman bagi orang yang egois,” pungkasnya.*** (Jurnalpresisi/Aries Lutfi Praseyo).

Editor: M Fauzi Ode

Sumber: jurnalpresisi.pikiran-rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler