Dia menuduh pemerintah Israel berperilaku seperti 'penjahat perang dan berusaha 'membasmi' warga Palestina.
"Tentu saja, setiap negara punya hak untuk membela diri. Tapi di manakah keadilan dalam kasus ini? Tidak ada keadilan—yang ada hanyalah pembantaian keji yang terjadi di Gaza."
Israel memerintahkan pemulangan seluruh staf diplomatik dari Turki beberapa saat setelah Erdogan menyelesaikan pidatonya.
"Mengingat pernyataan serius yang datang dari Turki, saya telah memerintahkan kembalinya perwakilan diplomatik di sana untuk melakukan evaluasi ulang terhadap hubungan antara Israel dan Turki," kata Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen dalam sebuah pernyataan.
'Perang Salib'
Erdogan telah menjadi pendukung internasional terkemuka terhadap hak-hak Palestina selama dua dekade pemerintahannya.
Dia mengambil tindakan yang lebih hati-hati pada hari-hari pertama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, namun menjadi jauh lebih vokal karena jumlah korban tewas yang dilaporkan akibat respons militer Israel terus bertambah.
Erdogan mengatakan pada rapat umum hari Sabtu bahwa Israel adalah 'pion di kawasan' yang digunakan oleh negara-negara Barat untuk mencap otoritas mereka di Timur Tengah.
"Penyebab utama di balik pembantaian yang terjadi di Gaza adalah Barat," kata Erdogan.
Presiden Tayyip Erdogan mengatakan 1,5 juta orang menghadiri unjuk rasa pro-Palestina pada Sabtu kemarin di Istanbul. "Jika kita mengesampingkan beberapa suara hati nurani…, pembantaian di Gaza sepenuhnya merupakan ulah Barat."