Cerita Dua Mahasiswa UMM Bantu Berantas Buta Aksara di Dusun Waelomatan, Daerah Pedalaman Pulau Seram

- 11 Januari 2022, 08:47 WIB
Sejumlah siswa mengikuti proses belajar mengajar di Balai Pertemuan Dusun Waelomatan, Negeri Telutih Baru, Kecamatan Tehoru, Maluku Tengah, Maluku, Senin, 10 Januari 2022.
Sejumlah siswa mengikuti proses belajar mengajar di Balai Pertemuan Dusun Waelomatan, Negeri Telutih Baru, Kecamatan Tehoru, Maluku Tengah, Maluku, Senin, 10 Januari 2022. /FOTO Cici Arliyanti Aruhi

PORTALMALUKU.COM — Dua mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) diterjunkan ke Dusun Waelomatan, Negeri Telutih Baru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Selama sebulan, keduanya menjalankan program pengabdian masyarakat untuk membantu membasmi aksara kepada warga di pedalaman Pulau Seram.

Meski dengan fasilitas terbatas, Sukmawati Lapele dan Cici Arliyanti Aruhi bertekad mengarahkan 50 anak dari berbagai jenjang pendidikan: mulai sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di Waelomatan, dusun yang masuk dalam kelompok daerah tertinggal di Maluku.

"Anak-anak ini sedang menempuh pendidikan di Negeri Telutih Baru dan Hatu, negeri tetangga," kata Sukmawati Lapele, mahasiswa Teknik Industri UMM kepada Portal-Maluku.com, Senin, 10 Januari 2022.

Sukmawati menyebut alasan kampusnya memilih Dusun Waelomatan sebagai salah satu titik program pengabdian karena anak-anak di daerah itu masih banyak yang buta aksara atau belum lancar baca-tulis.

Baca Juga: 5 Fakta Bahar bin Smith yang Diseret ke Jalur Hukum: Menghina Presiden Jokowi hingga Penyebaran Berita Bohong

"Jadi Waelomatan dipilih. Visinya Melek Aksara untuk Anak-anak Dusun Waelomatan," ucap mahasiswa jurusan Bahasa Inggris UMM itu.

Konsep pembelajaran yang dilakukan Sukmawati dan Cici Aruhi yaitu dengan mengenali setiap tingkat kemampuan siswa untuk membagikan mereka dalam tiga kelompok.

"Kelompok A terdiri dari anak-anak yang bisa membaca, kelompok B terdiri dari anak yang sudah mengenal huruf, namun belum bisa menyambung kata. Sementara kelompok C diisi oleh anak yang belum mengenal huruf," kata Cici Aruhi menjelaskan strategi belajar mengajar yang mereka pakai.

Untuk membuat anak-anak nyaman dan tak bosan belajar, Cici dan Sukmawati sudah menyiapkan cara khusus. Ketika melihat perilaku anak bimbingannya mulai gerah, keduanya langsung menyulap suasana belajar itu dengan membuat kegiatan outbound, seperti  fun games dan ice breaking .

Meski hanya berdua dengan fasilitas belajar yang terbatas, Sukmamawi dan Cici Aruhi tetap memberikan pelajaran berkualitas kepada puluhan anak di dusun yang terletak di bawah kaki Gunung Binaiya itu. Para siswa tetap bersemangat dan antusias untuk belajar.

Halaman:

Editor: Irwan Tehuayo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah